Selasa, 03 Januari 2012

=> Cerpen buatan gue, inspirasi di malam sunyi

         Di Balik Hitamnya Hati
 
          Rintikan hujan menemani kesendirian Rena sore itu. Waktu terasa berhenti ketika dia menatap rintikan hujan yang semakin derasnya. Hujan ini membuatnya mengingat masa lalu waktu bersama Rio. Cowo yang dulu paling dia cinta, dan sekarang yang paling dia benci. Entah mengapa, cowo yang selama ini dia banggakan di depan teman-temannya, sahabat, dan keluarganya tega mengkhianati dan menyakiti hati Rena. Rio yang dia cinta ternyata selingkuh dan selama ini hanya mempermainkan Rena. Setelah mengetahui semua kebenaran ini, Rena mengucapkan kata putus. Rasa sakit hati yang mendalam terpaksa membuat dia harus mengatakan itu. Meskipun dalam hatinya yang terdalam, dia masih sangat mencintai Rio. Namun pada saat itu, dan pada waktu itu juga, dia meyakinkan dirinya. Jika dia sangat membenci Rio dan dia ingin putus dengan Rio. Di depan Rio, Rena tidak berani untuk meneteskan air mata. Dia tak mau dipandang lemah oleh Rio. Dia engga mau dikasihanin. Seolah dia mau nunjukkin ke Rio kalau ‘’GUE MASIH BISA HIDUP TANPA LO. BAHKAN LEBIH BAIK LAGI TANPA LO.’’ Rio yang mendengar ucapan dari mulut cewe manis di depannya itu, berusaha meyakinkan ke dia dengan apa yang dia ucapkan. “Kamu yakin mau putus sama aku?” tatapan mata Rio yang santai seolah memberi pertanda kalau dia memang ingin putus. “Emang itukan yang kamu mau? Engga usah pura-pura deh! Selama ini kamu bohongkan sama aku. Kamu cuma anggep hubungan kita kaya mainan.’’mata Rena terlihat berkaca-kaca ketika mengatakan hal itu. “Aku engga pernah nganggep kaya gitu kok Ren.” Kini Rio tak berani menatap mata Rena.  “Bohong! Kamu Cuma mainin perasaan aku! Kalau kamu emang engga yakin sama perasaan kamu, harusnya kamu engga perlu nembak aku! Engga perlu nyatain cinta ke aku. Kalau semua cuma bulshit.’’ Rena tak tahan lagi. Kini rasanya dia ingin sekali berteriak ditelinga Rio kalau dia SANGAT KECEWA! “Oke, terus mau kamu apa? Putus?’’ Rio menjawab semua omongan Rena dengan sangat santai. Seperti tak ada rasa bersalah dari raut wajahnya. “Iya. Gue  mau putus. Gue muak sama lo. Buka topeng lo itu! Dan semoga lo dapet balesan dari apa yang udah lo lakuin ke gue. Lo inget, rasa sakit hati gue ini akan lo bayar lebih dari apa yang gue rasain!’’ Rena tak kuat lagi jika harus berhadapan dengan Rio. Dia pun melenggang pergi menjauhi Rio. Sebelum dia benar-benar meneteskan air mata di depan cowo itu. Rio pun hanya memandangi Rena yang mulai menghilang dari pengelihatannya. Sebenarnya ada yang ingin dikatakan Rio kepada Rena. Dia ingin mengatakan ‘’Ren, maafin gue. Bukan maksud gue begitu. Ada hala yang engga lo ketahuin. Maaf.......” Namun, Rena yang telah pergi tak akan mendengar kata itu. Dan kini Rio tau, Rena sangat membencinya dan tak ingin bertemu dengannya lagi.
‘’Sori Ren, aku telat.” Suara lembut menyadarkan Rena dari lamunannya. “Eh iya lin, engga apa-apa kok. Tenang aja ada yang lebih telat dari lo.” Rena tersenyum ke arah Lina. “Yahahaha, iya deh aku tau ini mah pasti si Agatha. Sahabat kita si Mr.Ngaret. hahaha’’ “haha iya noh, sahabat kita yang paling guantenge. Paling lagi sibuk milih baju, sepatu, model rambut apa yang harus ngehias tampangnya yang kata anak-anak cucok abis booo. haha’’  Rena dan Lina pun tak henti tertawa jika sudah membicarakan salah satu sahabatnya itu. Agatha dan Lina adalah sahabat terbaik Rena. Mereka yang selalu ada buat Rena. Ketika sedih, senang, susah, mereka selalu ada disamping Rena. Agatha, sahabat cowo Rena yang jadi pelindung buat Rena. Dia rela ngorbanin nyawanya demi sahabat-sahabatnya. Kalau masalah tampang, jangan ditanya deh. Cowo tinggi, badan sispek, kulit putih, jago fisika, jadi kapten basket, setia pula dalam urusan cinta. Siapa sih yang engga mau sama cowo kaya gitu? Tapi sayang, Agatha belum mau pacaran lagi. Dia masih cinta sama pacarnya. Tapi,  pacarnya harus pergi ninggalin dia untuk selamanya. Cewenya meninggal karena kecelakaan mobil. Kalau Lina, si cewe yang paling engga suka dinasehatin tapi paling suka nasehatin orang lain. Dialah penasehat terbaik Rena. Kalau udah ngomong, panjangnya kaya kereta. Udah gitu engga ada spasi, komanya. Ampun deh. Tapi dari semua omongannya itu, dari yang lebay sampe super lebay, semuanya bener dan emang bener. Dan itu malah jadi kebaikan buat Rena. Sedangkan Rena, cewe berambut panjang, dengan kulit kuning langsat, punya lesung pipi dan pipi tembem. Dan sering orang senang ngelihat senyumnya itu. Yang aduhaii manisnya... Rena dikenal sebagai cewe yang baik, sederhana, care sama teman, setia, engga pernah nyari masalah, dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Namun sekarang ini, ada kegelapan di hatinya. Hati yang berwarna hitam gelap. Yang orang lain engga tau. Rasa benci, dan keinginan untuk balas dendam. Dan itu yang membuat perubahan besar dalam kehidupannya. “Hey girls.....” teriakan cowo yang selama ini ditunggu yang akhirnya datang juga ya. “Ngaret sekali qaqa???” lirikan sinis dari Rena membuat Agatha tak bisa menahan tawanya. “Haahaha maaf ya qaqa, jakarta macet cyiiin.” “Iiih kalian tuh ya, jijik aku denger omongan kalian.’’ Lina yang tak tahan mengdengar pembicaraan mereka, mulai menunjukkan sikap tidak suka. “yaah, si qaqa yang satu ini. Kita kan cuma seru-seruan aja cyiiin’’ Agatha mendekati Lina dan menggodanya. “Iya nih qaqa, kita kan cuma mau ngehibur diri.’’  Rena mengikuti Agatha mendekati Lina. Melihat sikap Lina yang semakin ilfil melihat sikap mereka, mereka pun langsung memeluk Lina dan menggodanya. Canda tawa mereka membuat ramai resto makanan jepang yang sedang mereka tempati.
Keesokan harinya, Rena, Agatha, dan Lina pergi untuk berlibur ke daerah puncak. Sekarang, mereka sedang liburan semester 1. Mereka anak-anak SMA Nusa Bangsa. Sekarang, mereka sudah kelas XII jurusan IPA. Di puncak, mereka menginap di Villa milik Lina. Dalam perjalanan, Agatha memperhatikan Rena. Ada yang berbeda dari dirinya. Sebenarnya, sudah lama perubahan sikap Rena ini. Namun, Agatha belum sepenuhnya menyadari semuanya. ‘’Lo baik-baik aja Ren?’’ suara Agatha pelan, takut membangunkan Lina yang sedang tertidur pulas di depannya. ‘’Iya tha, gue baik-baik aja.’’ Rena tak berani menatap wajah Agatha. Sikapnya yang terlihat semakin gelisah ketika bunyi pesan masuk ke handphonenya. ‘’Sms dari siapa Ren?’’ Dia semakin penasaran dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya ini. ‘’Bukan dari siapa-siapa kok tha.” Kali ini suaranya lembut dan menatap Agatha dengan senyuman. ‘’Mata lo engga bisa bohong Ren. Rio kan Ren? Ini semua ada hubungannya dengan dia?” kini Agatha semakin tak sabar. ‘’Apasih? Kudu? Harus? Wajib ya ngomongin itu orang?” terlihat kebencian yang mendalam di mata Rena. ‘’Ren, udah dong Ren. Sudahin permainan lo ini. Jujur ya, sekarang lo tuh berubah banget. Jadi suka marah-marah, maenin perasaan cowo, egois, dan bukan lo banget.’’ ‘’Emang itukan yang harusnya gue lakuin. Lo diem aja deh tha. Lo engga tau apa-apa ta.’’ Kini mata Rena mulai berkaca-kaca. ‘’Oh, oke. Mungkin lo perlu nenangin diri lo. Gue selalu ada buat lo Ren.’’ Agatha menatap Rena. Namun, Rena memalingkan wajahnya kearah luar jendela mobil.
Sesampainya di villa, Lina menggandeng kedua sahabatnya itu. ‘’Akhirnya kita sampe juga ya.’’ Dengan wajah penuh dengan keceriaan, Lina, Rena, dan Agatha berlari ke arah villa. Mereka bertiga, masuk ke kamar yang telah disediakan. Rena dan Lina tidur di kamar dekat dengan ruang tamu, sedangkan Agatha tidur sendiri di kamar yang bersebelahan dengan mereka. Kini malampun tiba, udara yang dingin menusuk kulit mereka, memaksa mereka untuk memakai jaket yang tebal. Mereka pun berkumpul di ruang tamu dengan ditemani teh hangat dan cemilan. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Agatha sedang asik merapikan rambutnya, Rena sibuk dengan handphonenya, dan Lina yang terlihat bingung untuk memulai pembicaraan ke Rena. Ya, sebenarnya Lina mengetahui semua rencana Rena. Rencana Rena untuk menghancurkan Rio. Dan ada hal besar yang Rena tidak ketahui. ‘’Ren, jangan lakuin rencana lo itu.’’ Lina menatap Rena dengan penuh harapan. Suasana pun menjadi hening. Agatha langsung sigap untuk mengetahui yang sebenarnya terjadi. ‘’Maksud lo apasih Lin? Gue engga ngerti deh.’’ Rena bingung dengan apa yang dikatakan Lina. ‘’Gue tau Ren, semua rencana lo itu. Lo mau buat Rio sakit hatikan? Lo mau buat dia kehilangan semua yang dia punyakan? Dan yang lebih parah, lo pengen dia matikan Ren?’’ kini suara Lina benar-benar lembut. ‘’Hah? Bener Ren?? Gue engga salah denger nih?!’’ Agatha terkejut mendengar perkataan Lina. Kini suasana hening sejenak. Sampai akhirnya, Rena menjawab semua pertanyaan sahabat-sahabatnya itu. ‘’Iya Lin, Tha, gue emang punya rencana itu. Selama ini gue sakit hati karna dia. Gue nahan semuanya, sampe hati, batin gue sakit banget. Kalian engga tau kan gimana rasanya. Gue mau dia ngerasain apa yang gue rasain.’’ Air mata Rena tak bisa dia tahan lagi. Kini dia menangis di depan kedua sahabatnya itu. ‘’Ren, sebelumnya gue minta maaf banget. Ada hal yang engga lo ketahui tentang Rio.’’ Lina menatap Rena dengan penuh rasa bersalah. ‘’Maksud lo ?” “Sebenernya, Rio itu sayang banget sama lo Ren. Dia engga pernah mau kehilangan lo.’’ Mata Lina berkaca-kaca ketika menceritakannya. ‘’Ih...sayang gimana sih Lin? Diakan udah nyakitin Rena.’’ Agatha yang tak tau apa-apa, memprotes omongan Lina. ‘’Lo engga tau apa-apa ta. Gue yang tau semuanya.’’ Lina menatap Agatha seolah menginginkan dia untuk diam. ‘’Lin, lanjutin ya.’’ Kini suara Rena pelan dan terdengar bergetar. ‘’Yang  bilang putus ke lo itu sebenarnya bukan Rio Ren, tapi itu Ryan. Saudara kembarnya Rio. Lo ingetkan, Rio pernah cerita kalau dia punya saudara kembar?” Rena hanya mengangguk mantap. ‘’Rio engga mau buat lo sedih Ren, dan gue juga bingung kenapa dia bisa berpikiran bego kaya gitu. Rio Ren, Rio... sebenarnya, dia udah engga ada lagi Ren, dia udah pergi ninggalin kita semua untuk selamanya. Karna penyakit kanker darah yang nyerang dia Ren. Sebelum dia wafat, dia nyuruh Ryan untuk mutusin lo. Dan jangan bilang ke lo kalau jika dia udah engga ada.’’ Kini Lina menangis memeluk Rena. ‘’Maaf Ren, maafin gue, gue engga bermaksud nyembunyiin ini semua. Maaaf Ren.’’ Rena yang mendengarnya terdiam kaku dan memaki dalam hatinya. ‘’Tuhaaaaaan... Ini semua engga benerkan? Gue bego! Gue jahat! Gue benci sama diri gue sendiri. Rio engga mungkin meninggal. Engga mungkin.’’ Kini air mata membasahi pipi Rena yang tak percaya dengan apa yang dia dengar. ‘’Lo bohongkan Lin??? Rio engga mungkin meninggal?? Lo bohong Lin!” Rena menangis histeris tak percaya dengan semuanya. ‘’Ren, maafin gue Ren.’’ Lina memeluk Rena yang menangis. Agatha pun juga ikut memeluk sahabatnya itu. ‘’Ren, lo denger gue. Lo harus kuat, lo harus bisa nerima semuanya.’’ Agatha mencoba menenangkan Rena yang terus menangis dan memanggil Rio. ‘’Gue engga mau kehilangan dia. Gue benci sama diri gue. Gue mau Rio, Tha. Lo tau kan rasanya. Lo kehilangan cewe lo. Apa lo bisa nerima semuanya?? Sekarang batin gue bener-bener sakit.’’ Malam itupun, penuh dengan rasa duka dan tangisan. Agatha dan Lina berusaha untuk menenangkan Rena. Dan mereka berjanji akan mengantarkan Rena ke makam Rio.
Keesokan harinya, Rena, Lina, dan Agatha pergi ke makam Rio. Sesampainya disana Rena menangis dan mengatakan maaf ke Rio. ‘’Rio, maafin aku. Aku bodoh engga tau semua ini. Rio, aku sayang banget sama kamu.’’ Tiba-tiba ada suara yang tak asing bagi Rena dari arah belakangnya. ‘’Lo engga salah kok Ren. Usap air mata lo. Rio engga mau lo nangis kaya gini.’’ Itulah Ryan, kembaran Rio. Rena hanya menatap Ryan dan tak sanggup untuk berkata lagi. ‘’Maaf banget Ren. Gue terpaksa ngelakuin ini karena ini permintaan Rio. Ini Ren, dia nitip ini ke gue.’’ Ryan memberikan amplop yang berisi secarik kertas kepada Rena. ‘’Ini surat dari Rio?’’ . Ryan hanya mengangguk. Rena mulai membuka surat itu dan membacanya. Isi surat dari Rio : “Dear my love, Renaku sayang, matahariku yang menyinari hariku. Pelangiku yang memberi warna dalam hidupku. Dan bintangku yang selalu menemani malamku. Sejak pertama kali kita bertemu, aku ngerasa kamu adalah belahan jiwaku yang akan menjadi pendamping hidupku. Selama bersama kamu, aku ngerasa nyaman banget. Aku ngerasa semua beban dalam hidup aku jadi hilang jika aku di dekat kamu. Tapi sekarang, kamu pasti benci banget sama aku. Kamu menganggap aku cowo yang bodoh. Cowo yang jahat. Cowo yang tega. Tapi jujur Ren, aku ngelakuin ini semua karna aku engga mau liat kamu sedih. Aku sayang banget sama kamu Ren. Tapi, sejak aku tau tentang penyakitku ini, aku mulai bingung. Dan aku engga mau ngebebanin kamu. Akhirnya, aku mutusin untuk menjauh dari kamu. Dan buat kamu mutusin aku. Karna aku engga sanggup untuk mutusin kamu Ren. Dan aku juga engga sanggup diputusin kamu langsung. Akhirnya, aku minta bantuan Ryan untuk ngelakuin semua ini. Jangan marah ke mereka ya Ren. Jujur Ren, engga ada kamu disisi aku, ngebuat aku sakit banget. Aku sayang banget sama kamu Ren. Cuma kamu, dan Hanya kamu di hatiku. Pas kamu baca surat ini, aku mungkin udah engga ada Ren. Kamu harus kuat. Kamu harus ngejalanin kehidupan kamu Ren. Kamu harus jadi orang yang sukses dan bahagia. Aku engga mau liat kamu nangis lagi. Meskipun aku udah engga sama aku, tapi hati aku akan selalu ada di hati kamu. Dan terima kasih Ren, atas hari-hari yang berkesan dan berarti yang kamu buat dalam hidup aku. Kamu adalah pacar terbaikku Rena. I LOVE U FOREVER. By your darling ‘’Rio’’. ‘’Riooo... kenapa kamu lakuin hal bodoh kaya gini?? Kamu tega banget Rio. Aku sayang banget sama kamu. Aku engga mau kehilangan kamu Riooooo.’’ Batin Rena serasa ingin menjerit. Dia ingin sekali memaki dirinya sendiri. Sekarang Rio udah engga ada. Tiada lagi senyuman tenang yang dia lihat. Tiada lagi sambutan mentari pagi yang menyinarinya. Kini hati Rena benar-benar sangat hancur. Hati yang hitam kini berubah menjadi kelabu. Dia tak tau apa yang harus dia lakukan. ‘’Ren, lo engga boleh kaya gini. Rio engga mau liat lo kaya gini. Ini Ren, dia juga minta gue buat kasih ini ke lo.’’ Ryan memberikan kalung liontin berbentuk love ke Rena. Rena menerima kalung itu dengan tangis yang  belum dapat dia hentikan. Jari lentiknya mulai membuka liontin berbentuk love. Dan betapa terkejutnya dia. Ketika dia melihat fotonya bersama Rio ketika sedang makan malam. Malam itu Rio membuat surprise buat Rena. Dia membuat acara makan malam itu menjadi sangat romantis. Dengan view pantai, alunan musik yang lembut, dan terikan Rio jika dia sangat mencintainya. Kini tangisan Rena benar-benar tak dapat dibendungnya lagi. Dia menjerit dan histeris memabnggil Rio. Agatha dan Lina yang tak kuat melihat keadaan sahbatnya itu, langsung memeluk Rena. ‘’Ren, lo harus kuat. Lo engga boleh kaya gini Ren.’’ Lina mencoba untuk menenangkan Rena. ‘’Iya Ren, lo masih punya kehidupan disini. Lo engga boleh kaya gini. Gue juga yakin Rio mau lo kuat dan tabah jalanin semuanya. Dia engga mau ngeliat lo kaya gini.’’ Agatha juga ikut menenangkan Rena. Rena hanya terdiam dan tak tau apa yang harus dilakukan. Kini air mata Rena tak membasahi pipinya lagi. Seperti ada pancar sinar diwajahnya. Seperti ada dorongan dalam hatinya. Dia harus kuat. Dia engga boleh kaya gini. ‘’kalian bener. Rio juga bener. Gue engga boleh kaya gini. Rioo, aku engga akan buat kamu kecewa. Aku akan lakuin apa yang kamu mau. Terima kasih Rio atas semuanya juga. Kamu akan selalu jadi cinta sejati aku.’’ Kini Rena sudah dapat menenangkan hatinya. Kini dia punya semangat baru. Dia benar-benar merasa, meskipun raga Rio tak didekatnya, namun jiwa dan hatinya selalu ada didekatnya dan selalu ada di dalam hatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar